Nov 2025 | Conf.
Analisis ini bertujuan memetakan dan menginterpretasikan diskursus online mengenai isu suksesi Keraton Yogyakarta, khususnya figur GKR Mangkubumi sebagai calon Sultan Perempuan. Data penelitian menggunakan 6.135 artikel/post dari dataset yang sudah dikumpulkan dengan total interaksi mencapai 2.27 milyar. Metode yang digunakan adalah analisis sentimen terlabel dan pemetaan subtopik berbasis kata kunci. Hasil menunjukkan bahwa wacana online didominasi sentimen netral hingga positif, menunjukkan penerimaan publik yang luas terhadap gagasan suksesi perempuan sebagai sultan jogja.
Subtopik utama dengan interaksi tertinggi adalah hamengkubuwono, kratonjogja, dan pewaris. TikTok teridentifikasi sebagai platform kunci pembentuk narasi, sekaligus arena munculnya isu sensitif terkait agama dan adat/tradisi. Secara keseluruhan, GKR MANGKUBUMI diposisikan sebagai simbol modernisasi tradisi Keraton dan telah mendapatkan legitimasi digital yang kuat, meskipun terdapat potensi friksi wacana antara otoritas agama dan adat yang perlu dimitigasi.
Wacana mengenai suksesi takhta Keraton Yogyakarta menjadi sorotan publik seiring dengan dikeluarkannya Sabda Raja oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang membuka jalan bagi seorang putri, GKR Mangkubumi, untuk menjadi penerus takhta (Sultan Perempuan atau Sultanah). Isu ini menyentuh persimpangan antara tradisi patrilineal Jawa yang ketat, modernisasi peran perempuan dalam struktur kekuasaan, dan status politik Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan persepsi publik di media online terhadap figur GKR Mangkubumi dan isu Sultan Perempuan. Secara spesifik, penelitian ini mengkaji: (1) Skala exposure dan interaksi isu di media online; (2) Distribusi sentimen umum dan spesifik per subtopik; (3) Karakteristik narasi utama yang muncul di berbagai platform.
Analisis ini menggunakan dataset es-articles-comments.json yang berisi 6.135 artikel/post online serta metrik keterlibatan terkait isu Keraton Yogyakarta dan figur Sultan Perempuan Jogja (GKR Mangkubumi).
Distribusi label sentimen pada seluruh artikel dihitung untuk mengukur kecenderungan sikap publik: Positif, Netral, Negatif, very\_positive. Rata-rata skor sentimen numerik dihitung dengan pemetaan label (positive = 1, neutral = 0, negative = -1).
Untuk mendapatkan fokus analisis, dilakukan pemetaan kata kunci dalam title + summary (digabung dalam kolom text_all) terhadap kelompok sub-topik berikut:
Skala exposure isu GKR Mangkubumi dan Keraton Jogja di media online sangat besar, mencapai miliaran interaksi.
| METRIK | TOTAL |
|---|---|
| Total Artikel/post | 6.135 |
| Total Komentar | 1.228.696 |
| Total Likes | 98.738.891 |
| Total Shares | 2.399.950 |
| Total Views | 2.168.714.618 |
| Total Interaction | 2.271.082.155 |
Distribusi label sentimen pada seluruh artikel
adalah sebagai berikut:
| LABEL SENTIMEN | JUMLAH ARTIKEL |
|---|---|
| Netral | 788 |
| Positif | 537 |
| Negatif | 93 |
| Sangat Positif | 92 |
| Tidak Terisi | 4625 |
Secara umum, perbincangan daring mengenai topik Keraton dan GKR Mangkubumi cenderung netral ke positif. Narasi negatif ada tetapi secara proporsi jauh lebih kecil.
| SUBTOPIK | ARTIKEL | AVG. SENTIMEN | DOMINAN | VIEWS | INTERPRETASI |
|---|---|---|---|---|---|
| Mangkubumi | 353 | ~0,67 | Paling Positif | 22.474.147 | Citra gelar sangat positif, dikaitkan dengan wibawa dan peran penting. |
| Hamengkubuwono | 579 | ~0,63 | Positif | 114.264.232 | Figur HB X mendapat citra sangat positif, narasi GKR dibingkai melalui legitimasi Sultan. |
| Keraton | 474 | ~0,62 | Positif | 91.302.415 | Institusi kultural Keraton memiliki citra positif yang kuat. |
| Kratonjogja | 482 | ~0,58 | Cukup Positif | 123.664.806 | Diskursus institusi dominan dan umumnya positif, kritik langsung kecil (hanya 3 negatif). |
| Gkr-mangkubumi | 116 | ~0,55 | Positif | 13.266.600 | Konten eksplisit sangat positif/netral; tidak terdeteksi artikel negatif dalam pemetaan. |
| Sultan-perempuan | 133 | ~0,41 | Cukup Positif | 43.086.465 | Diskursus lebih campur, ada sedikit konten negatif (2 artikel), menunjukkan perdebatan tradisi vs pembaruan. |
| Pewaris | 370 | ~0,10 | Mendekati Netral | 162.431.548 | Topik sarat perdebatan. Proporsi konten negatif meningkat, menunjukkan adanya diskusi pro-kontra Sabda Raja. |
Top Subtopik Berdasarkan Volume Artikel : hamengkubuwono, kratonjogja, keraton, pewaris, dan mangkubumi adalah "pusat gravitasi" diskursus.
Penggunaan kamus kata kunci menunjukkan :
Isu agama dan adat/tradisi adalah isu sensitif paling kuat.
10 Komentar Positif (mendukung / bernada apresiatif)
10 Komentar Negatif (menolak / skeptis / sinis)
Berikut adalah matriks konseptual yang merangkum posisi sentimen sosial berbagai aktor terhadap GKR Mangkubumi sebagai pewaris tahta Kesultanan Yogyakarta, disusun dari isi dokumen.
| AKTOR - KEL. AKTOR | POSISI THDP GKR | BENTUK SENTIMEN | ARGUMEN |
|---|---|---|---|
| GKR Mangkubumi sendiri | Pro (subjek) | Positif – afirmatif, reformis | Mengusung reformasi keraton, kesetaraan gender, modernisasi administrasi, pelestarian budaya, dan legitimasi hukum. |
| Sultan HB X | Pro | Positif – dukungan simbolik dan formal | Mengeluarkan serat kekancingan, mengangkat GKR Mangkubumi sebagai penerus garis kepemimpinan, mendorong pembaruan. |
| Sebagian besar putri dan perempuan di keraton | Cenderung pro | Positif – solidaritas gender & modernitas | Melihat suksesi perempuan sebagai peluang kesetaraan, peningkatan peran perempuan, dan adaptasi tradisi pada konteks zaman. |
| Sebagian pangeran/kerabat laki-laki keraton | Cenderung kontra / resistant | Negatif – resistensi tradisional | Berpegang pada tafsir patriarkal suksesi, kekhawatiran posisi dan hak istimewa berkurang, merasa tradisi disimpangi. |
| Elite tradisionalis (pendukung tafsir adat ketat) | Kontra atau skeptis | Negatif – kekhawatiran distorsi tradisi | Menganggap raja harus laki-laki, perubahan suksesi berpotensi merusak pakem sejarah dan tatanan simbolik keraton. |
| Kalangan akademisi/peneliti budaya progresif | Pro | Positif – apresiasi terhadap inovasi adat | Menilai suksesi perempuan sebagai evolusi budaya, bentuk reinterpretasi adat yang lebih egaliter dan kontekstual. |
| Aktivis gender / feminis / pegiat kesetaraan | Sangat pro | Positif – dukungan normatif kuat | Menggunakan kasus ini sebagai contoh pemecahan plafon patriarki, penguatan kepemimpinan perempuan dalam ruang tradisional. |
| Masyarakat umum pro-kesetaraan (urban, terdidik) | Cenderung pro | Positif – harapan modernisasi | Melihat GKR Mangkubumi sebagai figur yang mewakili kemajuan, profesionalisme, dan relevansi keraton di era modern. |
| Masyarakat tradisional yang taat pakem lama | Campuran: sebagian netral, sebagian kontra | Negatif lemah – ragu, menunggu bukti | Khawatir tradisi berubah terlalu jauh, namun masih menunggu arahan simbolik dari raja dan otoritas adat. |
| Aparat hukum & lembaga negara (MK, birokrasi dsb.) | Netral prosedural | Netral – legalistik, berbasis aturan | Fokus pada aspek legal (putusan MK, regulasi), tidak secara eksplisit menilai pribadi, tetapi memengaruhi legitimasi sosial. |
| Media yang dilansir dalam dokumen | Cenderung pro, informatif | Positif-informatif – penguatan citra | Menonjolkan figur GKR sebagai progresif, aktif, berjejaring sosial, serta mengangkat isu suksesi perempuan sebagai terobosan. |
| Kelompok oportunis politik (tidak eksplisit, implisit) | Ambivalen / instrumental | Netral–pragmatis / bisa positif-negatif | Potensi memanfaatkan isu suksesi untuk kepentingan politik, bisa mendukung atau menolak tergantung kalkulasi kekuasaan. |
Secara garis besar:
Matriks pada Bagian 1 menggambarkan bahwa:
Pertama, kelompok PRO meliputi: Sultan, sebagian besar perempuan keraton, kalangan akademik progresif, aktivis gender, dan masyarakat urban terdidik. Sentimen mereka umumnya melihat suksesi perempuan sebagai:
Kedua, kelompok KONTRA terutama berasal dari: sebagian pangeran laki-laki dan elit tradisionalis yang berpegang pada tafsir patriarkal adat. Argumen utama mereka adalah:
Dengan demikian, resistensi tidak hanya bernuansa ideologis (tradisi vs modernitas), tetapi juga menyentuh dimensi distribusi kekuasaan dan privilese internal.
Ketiga, kelompok NETRAL terdiri dari lembaga negara dan aparat hukum yang memandang isu ini dari sudut legalitas. Mereka tidak secara eksplisit mengafirmasi atau menolak figur GKR Mangkubumi, tetapi keputusan dan regulasi yang mereka hasilkan berdampak langsung pada legitimasi sosial-politik proses suksesi.
Dari sudut pandang sosial-sentimen dan politik kontemporer: LAYAK DAN PANTAS.
Berbasis data yang kita lihat :
Secara politik-simbolik Jawa :
Ini kombinasi faktor adat, kesehatan, dan manajemen risiko sosial-politik. Dari kacamata komunikasi publik dan stabilitas:
1. Jika pengangkatan dilakukan semasa Sultan HB X masih hidup :
2. Jika pengangkatan dilakukan setelah Sultan HB X wafat :
Skenario terbaik secara politik dan sentimen publik :
Suksesi dimulai secara bertahap semasa Sultan HB X masih berkuasa, dengan :
Ada tiga layer utama: internal Keraton, politik–administratif, dan publik/media sosial.
Konsolidasi internal :
Penguatan narasi paugeran :
Sinkronisasi dengan :
Memastikan :
Menyiapkan :
Mengelola :
Menurut pola sentimen yang relatif positif, strateginya bukan “defensif”, tetapi proaktif dan persuasif. Pendekatan yang saya sarankan :
Menggambarkan GKR Mangkubumi sebagai :
Menggunakan :
Bukan debat fiqh keras, tapi :
Menonjolkan kapasitas GKR Mangkubumi :
Ini membuat suksesi tampak bukan sekadar “darah biru”, tetapi juga soal :
Setelah suksesi, fokusnya beralih ke kinerja simbolik dan substantif. Beberapa program strategis :
Program edukasi :
Inisiatif yang mengaitkan :
Menjadikan :
Menggunakan figur Sultan Perempuan sebagai :
Mengembangkan :
Majelis dialog bersama ulama dan tokoh adat :
Mengembangkan :
Keberhasilan proses suksesi sangat ditentukan oleh konsistensi konsolidasi internal dan pengelolaan komunikasi publik yang efektif guna menjaga stabilitas serta kesinambungan legitimasi institusional. Berikut adalah poin-poin detilnya :
Proses suksesi GKR Mangkubumi menandai terjadinya reartikulasi otoritas tradisional yang tidak menimbulkan delegitimasi institusional, melainkan memperlihatkan adaptabilitas Keraton Yogyakarta dalam merespons perubahan sosial, khususnya terkait integrasi kepemimpinan perempuan dalam struktur kekuasaan yang historisnya bersifat patriarkal.
Dominasi sentimen netral hingga positif dalam diskursus publik menunjukkan terbentuknya penerimaan sosial yang relatif mapan terhadap figur sultan perempuan, yang dipahami bukan sebagai penyimpangan tradisi, melainkan sebagai bentuk modernisasi berbasis kontinuitas adat dan legitimasi simbolik Sultan.
Ketegangan antara otoritas agama dan adat muncul dalam bentuk perdebatan normatif di ruang digital, namun belum berkembang menjadi konflik sosial struktural. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan interpretasi lebih bersifat diskursif dan ideologis dibandingkan bersifat konfrontatif atau destruktif.
Tingginya perhatian publik terhadap isu pewarisan memperkuat legitimasi model kekuasaan non-elektoral berbasis garis keturunan, yang kini direpresentasikan dalam format lebih egaliter secara gender dan lebih komunikatif melalui praktik mediasi digital, khususnya media sosial.
Platform digital, terutama TikTok, berfungsi sebagai ruang strategis pembentukan opini, di mana tradisi direpresentasikan ulang melalui narasi visual dan simbolik yang membangun citra GKR Mangkubumi sebagai figur transisional antara konservasi budaya dan progresivitas sosial.
Penguatan suksesi dinastik yang diterima secara luas mencerminkan ambivalensi publik terhadap nilai-nilai demokrasi prosedural, di mana struktur aristokratik tetap memperoleh justifikasi sosial melalui performativitas budaya dan legitimasi diskursif.
Stabilitas saat ini menunjukkan kecenderungan terkendali, namun tetap mengandung potensi laten untuk eskalasi apabila isu suksesi ditarik ke dalam arena politik praktis berskala luas atau dimobilisasi dalam kerangka politik identitas.
Keberlanjutan legitimasi dan stabilitas suksesi sangat bergantung pada:
Connect with our team to discover how Semestra can support your cybersecurity and intelligence goals. Whether you need technical guidance, partnership opportunities, or product information, we’re ready to help.
Looking to enhance your organization’s digital intelligence or defense capabilities? Connect with Semestra’s specialists to discuss your goals, challenges, and roadmap.
[ SEMESTRA BASECAMP ]
Trace Route: Confidential
Intelligence Streams Active in: 0.9720° S, 116.7131° E
Signals monitored 24/7
from multi-region intelligence hubs.
For secure correspondence
Initiate contact via our official channel:
reroute@semestra.com